Sawah Hilang, Pangan Melayang: Ancaman Nyata Alih Guna Lahan bagi Ketahanan Pangan
Lahan pertanian, tulang punggung ketersediaan pangan suatu negara, kini semakin tergerus oleh laju pembangunan. Fenomena alih guna lahan, dari sawah atau kebun menjadi perumahan, industri, atau infrastruktur, bukan hanya sekadar perubahan tata ruang, melainkan ancaman serius terhadap ketahanan pangan nasional.
Dampak Langsung pada Produksi:
Setiap hektar lahan pertanian produktif yang beralih fungsi berarti hilangnya potensi produksi komoditas pangan. Berkurangnya areal tanam secara langsung mengurangi pasokan pangan domestik. Akibatnya, kita menjadi semakin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan perut, membuat harga pangan rentan terhadap fluktuasi pasar global dan geopolitik.
Memukul Kesejahteraan Petani dan Ekosistem:
Alih guna lahan juga memukul keras kesejahteraan petani. Mereka kehilangan mata pencarian dan seringkali terpaksa beralih profesi, memperburuk kondisi sosial-ekonomi pedesaan. Di sisi lain, ekosistem pertanian yang kaya akan keanekaragaman hayati dan berperan penting dalam siklus air juga ikut rusak, mengancam keberlanjutan produksi pangan di masa depan.
Ancaman Jangka Panjang bagi Kemandirian Pangan:
Dalam jangka panjang, jika tren ini terus berlanjut tanpa kendali, kemandirian pangan Indonesia akan terancam. Ketergantungan tinggi pada negara lain untuk pangan dasar dapat memicu krisis pangan, ketidakstabilan harga, hingga konflik sosial. Generasi mendatang akan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Menjaga Masa Depan Pangan:
Menghentikan laju alih guna lahan pertanian adalah keharusan. Diperlukan kebijakan tata ruang yang tegas dan konsisten, insentif bagi petani untuk tetap produktif, serta inovasi pertanian berkelanjutan yang mampu meningkatkan hasil tanpa merusak lingkungan. Melindungi lahan pertanian berarti menjaga masa depan pangan kita, demi keberlanjutan hidup dan kesejahteraan bangsa.