Lebih dari Penjara: Menggali Dampak Hukuman Sosial pada Pelaku KDRT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah isu serius yang merusak fondasi keluarga dan masyarakat. Selain proses hukum, pelaku KDRT seringkali menghadapi "hukuman sosial" – sanksi tak tertulis dari masyarakat yang tak kalah beratnya.
Potensi Efektivitas Hukuman Sosial:
Hukuman sosial memiliki potensi efek jera. Ketika seorang pelaku dikucilkan, kehilangan kepercayaan, atau bahkan dipecat dari pekerjaan karena tindakannya, ini mengirimkan pesan tegas bahwa masyarakat tidak menoleransi kekerasan. Hal ini mendorong pertanggungjawaban dan bisa menjadi dorongan awal bagi pelaku untuk merenungkan perilakunya dan mencari bantuan. Adanya penolakan sosial yang kuat juga membantu membangun norma bahwa kekerasan adalah hal yang tidak dapat diterima.
Sisi Lain dari Mata Uang:
Namun, hukuman sosial juga pisau bermata dua. Isolasi dan stigma mendalam bisa memicu depresi, kecemasan, atau bahkan memperkuat penolakan pelaku terhadap kesalahannya, membuatnya semakin sulit menerima bantuan atau berubah. Tanpa pendampingan profesional, hukuman sosial semata seringkali tidak menyentuh akar masalah perilaku kekerasan dan bisa justru mendorong pelaku semakin terjerumus dalam pola negatif atau menyalahkan pihak lain. Ini juga berisiko menghambat reintegrasi pelaku ke masyarakat jika dan ketika mereka ingin berubah.
Pendekatan Holistik Adalah Kunci:
Pada akhirnya, hukuman sosial adalah cerminan kemarahan dan penolakan masyarakat terhadap KDRT. Namun, agar benar-benar efektif dalam menciptakan perubahan perilaku, ia harus diiringi dengan upaya rehabilitasi, konseling psikologis, dan edukasi yang komprehensif. Tujuannya bukan hanya menghukum, melainkan mendorong pelaku untuk bertanggung jawab, berubah, dan tidak mengulangi kekerasan, demi terciptanya lingkungan yang aman dan bebas dari KDRT bagi semua.