Kasus Kekerasan terhadap Anak di Bawah Umur

Senyapnya Jeritan: Menguak Realitas Kekerasan Anak di Bawah Umur

Anak-anak adalah tunas bangsa, harapan masa depan yang seyogyanya tumbuh dalam lingkungan aman dan penuh kasih sayang. Namun, realitas kelam menunjukkan bahwa banyak dari mereka justru menjadi korban kekerasan, sebuah ironi yang merobek hak dasar mereka untuk hidup tanpa rasa takut. Kekerasan terhadap anak di bawah umur, baik fisik, psikis, seksual, maupun penelantaran, adalah luka mendalam yang seringkali tersembunyi di balik dinding rumah atau lingkaran terdekat korban.

Dampak kekerasan ini jauh melampaui luka fisik yang terlihat. Trauma psikologis yang ditimbulkan dapat menghantui korban seumur hidup, memicu masalah kepercayaan, kecemasan, depresi, hingga kesulitan dalam interaksi sosial. Perkembangan kognitif dan emosional mereka pun terhambat, merenggut potensi penuh yang seharusnya bisa mereka capai. Yang lebih memilukan, pelaku kekerasan seringkali adalah orang yang seharusnya melindungi mereka: keluarga, kerabat, atau figur yang dipercaya.

Memutus rantai kekerasan ini membutuhkan kesadaran dan keberanian kolektif. Setiap orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi mata dan telinga yang peka terhadap tanda-tanda kekerasan, serta berani melapor jika menemukan indikasi. Lingkungan sekolah, masyarakat, dan pemerintah harus bersinergi menciptakan sistem perlindungan yang kuat, edukasi pencegahan yang masif, dan rehabilitasi komprehensif bagi korban.

Sudah saatnya kita mengakhiri "senyapnya jeritan" ini. Mari ciptakan ruang aman bagi setiap anak, tempat mereka bisa tumbuh, bermain, dan bermimpi tanpa bayang-bayang kekerasan. Karena masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak yang sehat jiwa dan raga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *